Sabtu, 22 Mei 2010

Eps.10 Danjuga & Makaia dalam: "Tuhan yang Itu.."

Makaia menyelesaikan guratan terakhir pada kertasnya dan..

“Nah! Mantep nggak Dan?”

Danjuga memandangi gambar lukisan Makaia, seorang iblis bersarung dengan secangkir kopi di tangan kiri, dan planet bumi kecil melayang di atas telapak tangan kanannya.

“Lu pengen ngeledek gua aja niat amat pake gambar karikatur segala..”.
“Hey! It’s a compliment! Tribute buat ‘kesesatan’ yang tidak tersembuhkan dari seorang Danjuga sang bid’ah! Hahaha!”.

Makaia sebelumnya bercerita tentang mimpinya, di mana Danjuga, kawannya, adalah raja iblis dari neraka, yang ingin agar semua manusia menyembahnya.

“Kalo gua ini raja iblis, ngapain amat gua menjelma jadi seorang Danjuga coba?”.
“Yah.. sekarang you emang pengangguran, tapi si anak setan di film The Omen juga kan nggak gitu aja jadi presiden Amrik, bisa aja suatu hari you jadi orang besar! Hahaha!”.

“Yang terakhir gua aminin ye Mak..”.
“Atau mungkin..”, sambung Makaia lagi. “You emang sengaja jelma jadi temen ay, biar bisa menggoda iman seorang calon messiah.. Wahaaa!!”.

“Kalo lu messiah Mak.. Berarti Lucifer owner Alfamart..”.

Makaia hampir tertawa lagi sebelum ia menyadari suatu kejanggalan.

“Kok owner Alfamart?”.

Danjuga geli sendiri, ia pun tak menyangka bisa mengeluarkan kata-kata demikian.

“Nggak.. Mak.. gua tuh pernah bikin lelucon soal Alfamart, bahwa di bawah tiap gedung Alfamart terdapat portal dunia-neraka, suatu hari nanti, portal itu akan terbuka, dan dunia akan dikuasai waralaba iblis!”.

Makaia garuk-garuk.

“Aneh..”, kata Makaia. “Kenapa nggak bikin sekte-sekte penyembah setan aja sih?”.
“Ah.. kalo gua ini raja iblis Mak, gua nggak akan bikin sekte-sekte serem begitu; pesta orgy dan pengorbanan bayi, kelewat serem atuh! Pasti nggak akan banyak orang yang akan tertarik, sementara misi utama iblis adalah ‘menyesatkan’ sebanyak-banyaknya manusia..”.

“Ah! Ay tau! Kalo ay jadi Lucifer..”
“Daripada messiah, mungkin yang barusan lebih cocok buat lu..”, potong Danjuga.
“Setan!”. Makaia melanjutkan. “Kalo ay Lucifer, ay akan menjelma jadi ustadz! Hahaha!”.
“Tapi usahakan jangan ada celah Mak, maksud gua, pergunakan ‘tools’ yang sudah ada dan diakui oleh kebanyakan umat.. jangan lencengkan ayatnya, tapi lencengkan esensi dan eksekusi ajarannya, dengan cara yang sangat halus dan sangat sulit disangkal..”.

“Wow.. Dan.. kayaknya you udah mikirin banget ya masalah ini?”.
“Untuk mengalahkan musuhmu, kenalilah mereka terlebih dahulu, salahsatu caranya adalah ‘memposisikan’ dirilu menjadi ‘sang musuh’.. Iblis..”.

“Yoi.. kecoh mereka.. sambil terus membuat mereka sangat percaya, bahwa mereka melakukan hal yang benar.. byahahaha!”. Makaia membuat gaya tawa jahat sambil memegangi perutnya dengan kedua tangan.

Danjuga mengacungkan telunjuknya.

“Intinya, tampillah sebaik dan sebagus mungkin, pakailah make-up dan topeng yang enak di mata, pakai kata-kata yang enak di telinga dan nyaman di hati.. You know.. sudah ribuan tahun lamanya manusia membuat diri mereka mawas akan ancaman iblis dengan berbagai cara; menceritakan kisah-kisah mengerikan, mencirikan perilaku iblis, mencitrakan mereka dengan gambar sosok-sosok mengerikan.. dan lain-lain, lu pikir, apa mereka akan ‘tampil’ dengan ‘gaya’ yang serupa dengan segala penggambaran sebelumnya?”.

“Nyamuk yang sekarang nggak akan mampus semudah dulu dengan obat pembasmi yang sama..”, kata Makaia.

Danjuga tersenyum.

“Ada sebuah ‘perangkat’ yang sangat efisien.. perangkat yang punya kekuatan amat-sangat kuat, senjata iblis yang belum terkalahkan sampai sekarang.. nilai moral bisa berubah, hukuman mati yang sekarang diterapkan bisa jadi dihapus di kemudian hari, cloning mungkin bisa dilazimkan suatu saat, homoseksual bisa saja diterima di manapun kelak.. tapi dia.. ckckck.. tetap konsisten..“.

“Heh..”, Makaia penasaran. “Apa sih nih? Lagak you mulai sok epic lagi deh..”.
“Kalo gua adalah raja Iblis, gua akan bermanifestasi menjadi.. uang..”.

Makaia kehilangan semangatnya.

“Haa?”, kelopak matanya turun. “Uang?”.

Ternyata reaksi itulah yang diharapkan Danjuga.

“Tuh! Sulit kan untuk diterima? Tapi coba dengarkan kawan.. Iblis punya misi untuk mengecoh manusia, menyesatkan tanpa harus membuat ‘perang’dalam nurani mereka. Kesuksesan utama iblis adalah saat manusia menyembahnya, dan uang punya potensi besar untuk dipuja..”.
Danjuga melanjutkan, “Sekarang, kita cari persamaan antara Tuhan dan uang!”.

Danjuga membuat semacam perumpamaan persamaan antara Tuhan dan uang, yang bisa membuat uang ‘maha kuasa’ dan setara denganNya, di sini, kata ‘tuhan’ dapat dengan mudah diganti dengan kata ‘uang’, coba saja..

...‘Tuhan’ mengikatmu tiap waktu, memberimu makan, apa pakaianmu, ia menentukan di mana kau lahir dan tinggal, di mana kau menuntut ilmu..

Jodoh itu di tangan ‘tuhan ‘.. ia adalah tempat kau bergantung dan menggantungkan harap..

‘Tuhan’ menentukan dengan siapa kau bergaul, ia membuat hatimu tenang saat bepergian.. ‘tuhan’ menjagamu..

Ia adalah tujuanmu saat kau bekerja, ia telah menjadi alasanmu hidup dan bernafas..

‘Tuhan’ yang menentukan seberapa besar kekuasaanmu.. ia adalah ukuran kesuksesan manusia.. nilai manusia..

‘Tuhan’ membuatmu bahagia.. saat ia meninggalkanmu kau akan merasa susah..

Ia dapat menghancurkan satu jiwa, keluarga, bahkan satu negara..

Apa kau bisa membunuh ‘tuhan’? Aku kira tidak..

Tambahkan lagi kalau mau..

Saat Nabi Musa kembali setelah Tuhan menurunkan 10 Commandements padanya, ia menemukan bangsa Israel telah berpaling dari Allah ke penyembahan sapi emas.

“Lu inget kan Mak, soal pembicaraan kita tentang ‘analogi’ dalam kitab suci?”, tanya Danjuga.
“Inget..”, jawab Makaia. “Jangan-jangan lu mikir sapi emas itu analogi juga?”.
“Bisa aja sih.. karena dari penyembahan Yahweh ke penyembahan sapi emas, gua mencurigai adanya kejanggalan.. maksud gua, apa yang menyenangkan dari sapi emas? Sampe bisa bikin bangsa Israel menggilai dan menyembahnya.. man! Apa kita pikir mereka sekonyol itu? Orang Israel itu tinggal ratusan tahun dengan bangsa Mesir yang berperadaban canggih lho!”.

“Teruuuusss…”, Makaia tak sabar.
“Gimana kalo gini..”, lanjut Danjuga. “Sapi emas; sapi + emas.. dua-duanya adalah penggambaran tentang harta-benda. Sebelum sistem uang seperti yang sekarang, gua yakin keduanya adalah ‘uang’ bagi masyarakat mereka.. emas masih digilai sampe sekarang, masih dijadikan penjamin uang kertas dan koin.. sementara sapi ternak menghasilkan daging, susu, kulit, lemak untuk mentega, tenaga untuk membajak dan angkutan..”.

“Jadi!”, sambar Makaia. “Nabi Musa pas pulang, menemukan umatnya tenggelam dalam bisnis! Nimbun uang sampe lupa sama Allah! Mungkin suatu keadaan di mana ‘apa-apa uang’-‘ujung-ujungnya duit’! Money is our past, it’s our present, and It’s the future!”.

“Yes brother!”, imbuh Danjuga. “Dan itu bisa sangat memabukkan dan meracuni, sampe tergambar dalam cerita tentang ‘Harta Qarun’.. bagaimana ‘Tuhan menenggelamkan Qorun dalam hartanya sendiri’..”.

Makaia diam berpikir, saat ia membuka kata-kata, suaranya sedikit bergetar.

“Tapi Dan.. kita kan nggak mungkin hidup tanpa.. well.. sulit hidup tanpa uang uang kan?”.
“Yah.. Mak.. gua juga nggak mau munafik, gua juga butuh duit kali! Yang kita omongin tadi pasti banyak yang akan nganggep itu klise.. but hell.. we should always be aware of things right? Jangan berhenti berpikir! sampe-sampe kita membenarkan apa yang salah untuk dapet duit.. dengan argumen seperti..”.

“Yah.. gimana lagi dong boss? Jaman susah.. ‘, sambar Makaia. “Emang begitu sistemnya.. Dasar penyembah setan! Byarahaha!”.

“Kasar lu Mak ah!”, Danjuga geli. “Pasti banyak yang tersinggung denger lu tuh!”.
“Iya Dan.. ay juga ngerti kok! Antara mana yang bener? Uang adalah setan? Atau uang adalah senjata favorit setan? Bagaimanapun uang dapat digunakan untuk berbuat kebaikan kan?”.

Danjuga menggaruk hidungnya lalu berkata, “Tapi kalo gua jadi Iblis, penggunaan uang untuk kebaikan nggak akan bikin gua gerah lho.. gua nggak akan menganggap misi gua gagal, yah.. penggunaan uang demi kebaikan memang berlawanan dengan ideologi gua.. tapi hal itu bisa membuat senjata gua.. wich is money.. tetap sulit untuk disangkal.. itulah yang membuatnya tetap ‘mahakuasa’ bagi manusia!“.

Obrolan berlanjut sampai Danjuga & Makaia seolah memposisikan diri mereka sebagai duo iblis, yang merancang penggunaan uang sebagai senjata penghancur manusia, bagaimana kepentingan akan uang lebih diutamakan bahkan bagi keselamatan planet bumi sendiri..

Tuhan yang itu mungkin tanpa kita sadari telah mengisi segala sisi hidup kita lebih dari yang kita sadari.. tuhan yang itu mungkin telah membuat kita bersujud di hadapannya tanpa harus bersujud secara raga. Kita mau berpikir sebentar, namun tuhan yang itu menabraknya tanpa henti dengan membawa bukti bahwa ia tidak bisa dipisahkan dengan realita.

Pertemuan duo iblis diakhiri dengan Danjuga yang minta pinjam uang pada Makaia..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar