Sabtu, 22 Mei 2010

Eps.12 Danjuga & Makaia dalam: "Ningrat!" #1

Pada hari minggu yang cerah, Danjuga mengajak pacarnya, Yangpula berjalan-jalan naik bis berkeliling Jakarta, tapi di situ akhirnya ikut pula sobatnya, Makaia, yang jadi obat nyamuk bawel, tiap kali Danjuga memegang tangan Yangpula, atau saat mereka saling merangkul, terus-terus dikomentari, namun Danjuga tak peduli, ia tipe orang yang tak ragu untuk menunjukan cintanya lewat gesture, kata-kata gombal lewat mulutnya memang selalu harus dikeluarkan, kalau tidak, ia bisa migrain sendiri.

Di sebuah perempatan jalan, ketiga sahabat itu melihat billboard besar, mengiklankan sebuah acara doa massal, dengan gambar raksasa seorang lelaki berkaca mata gelap.

“Wallah! Macam rockstar aja doi!”, seru Makaia. “Penting abis gambarnya dibikin gede-gede! Buat ngusir lalet mutan sebesar kambing? Hahaha!”.

Seorang bapak yang duduk di kursi seberang lalu menyahut, “Dia itu habib lho de’, keturunan langsung Rasulullah!”.

Makaia bungkam, mana ia sangka ternyata di bus yang sama ada salahsatu dari fansnya?
Yangpula dan Danjuga tersenyum-senyum melihat Makaia salting.
Dalam perjalanan spulangnya mengantar Yangpula ke rumah, Makaia akhirnya memulai pembicaraan yang sudah tak tahan ia ungkapkan.

“So what gitu kalo dia keturunan Rasul?”, seloronya jengkel.
“Itu artinya Mak, orang itu mewarisi kultur, ajaran, kebijaksanaan, sekaligus kesucian dari Rasulullah sendiri! Hahaha!”.

“Haisy! Ay ragu! Bisa aja doi ngaku-ngaku doang! Iye nggak Dan?”.

Danjuga menyentuh-nyentuh dagunya lalu menjawab, “Gua rasa bener sih dia keturunan Rasul, banyak keluarga-keluarga keturunan etnik Arab atau timur-tengah yang masih menyimpan silsilah klan mereka, yang di puncak kesemuanya ada nama Muhammad di sana, jadi memang ada bedanya antara keturunan Arab biasa dan keturunan ‘darah biru’, yang akan lebih ketat menjaga darah keturunan mereka, jangankan kawin sama pribumi, sama ‘sembarang’ Arab yang nggak ‘selevel’ aja susah Mak.”.

“Wuah, gimana kalo mau kawin sama yang beda agama?”, tanya Makaia.
“Jangan coba-coba Mak!”.

Keduanya lalu tertawa.

“Tapi Dan..”, sambung Makaia. “Ay punya kenalan, dia cewek turunan Arab, dan suatu hari dia pernah curhat tentang betapa kisah percintaannya ditentang dengan keras oleh bo-nyoknya, padahal pacarnya sendiri punya agama kuat, nah, sementara itu, dia punya kakak cowok mau nikah sama cewek Jawa malah boleh-boleh aja!”.

“Marganya apa dia?”, tanya Danjuga.
“Al.. Al-Ka..”.
“Al-Katiri?”.
“Nah!”
“Wuiisss! Ningrat itu!”, seru Danjuga. “Bukan sembarangan!”.
“Lha terus? Dia pacaran sama cowok pribumi kagak boleh, abangnya nikah ama Jawa boleh aja!”.

"Begini Mak.. kalo udah yang begini kenanya mah udah kebijakan adat-istiadat etnis..”, jelas Danjuga. “Dan buat budaya Arab yang secara patriarki sangat kuat, yang gua tau, penyerahan anak perempuan itu, secara kasar seolah seperti tanda subordinasi ke keluarga lain, kalo dia sampai ‘jatuh’ ke tangan keluarga yang nggak ‘selevel’, artinya ada kerusakan pada penjagaan garis keturunan mereka kan? Sementara cowok lebih dipermudah karena, yah.. istri kan pasti ngikut suami!”.

“Ribet yak?”, gumam Makaia.
“Gua mah, males buat ganggu-gugat aturan adat Mak! Yah.. tiap etnis punya aturan sendiri, banyak dari mereka yang sampai sekarang masih memegang teguh pakem-pakem yang salahsatunya menyangkut perkawinan.”.

“Iya sih..”, imbuh Makaia. “Batak juga ketat, Cina juga, sebagian Jawa prefer menikahkan anak mereka dengan sesama Jawa, kalo bisa ditawar ya sepulau lah..”.

“Dan tembok yang lebih sulit lagi untuk ditembus..”.
“Agama!”.

Maka sadar, ucapannya barusan agak menohok leher sobatnya, karena Yangpula pacarnya, beragama Katolik.

Danjuga memberi isyarat kalau ia tak apa-apa, Makaia sedikit merasa tak enak.

“Abis you mengarahkan ay ke situ sih!”, Makaia membela diri.

Danjuga terenyum simpul.

“Kalo menurutlu aturan ‘harus menikah sesama suku’ aja udah berat, apalagi yang lintas agama kan? Nah kalo kita ngomongin adat Arab ningrat, kita akan menemukan motif yang rumitnya dobel, karena terdapat pula unsur agama di sana, yang kalo kita kulik, akan punya hubungan ke Muhammad-sejarah Islam-warisan keningratan peradaban Muslim yang berusia lebih dari 1 millenia!”.

Makaia garuk-garuk kepala.

“Ujungnya Mak..”, lanjut Danjuga. “Di surga nanti, menurut nilai dari beberapa keluarga Arab, akan tetap ada pengelompokan-pengelompoka
n di dalamnya, berdasarkan bibit-bebet-bobotnya.. lu dari klan mana? Ya dengan merekalah sana kau berkumpul di surga sana!”.

“Ha! Menggelikan! Katanya ajaran Muhammad diperuntukkan untuk seluruh alam semesta!”.

Danjuga menempelkan telunjuk di ujung bibir.

“Lu mau nyalahin siapa Mak? Kombinasi antara kultur Arab dalam hal adat dan agama udah terlanjur tumbuh dan berkembang selama ratusan tahun, itu nggak terpisahkan! Dalam sejarah perkembangan Islam, ajaran Muhammad itu bukan lagi pure cuma sekadar perihal pembinaan iman, setalah Islam menjadi kekuatan besar di dunia di masa lalu, maka ada unsur budaya-peradaban soal politik-sosial-ekonomi juga!”.

“Nggak kaget sih ay.. bangsa Yahudi juga begitu, mungkin akan ada embel-embel siapa keturunan Daud atau Sulaiman, saat orang Ethiopia atau Jamaika Rasta ngaku keturunan Sulaiman-Ratu Sheba, emang orang Yahudi mau ngakuin mereka sebagai keturunan Ibrani? Di dunia Hindu juga mengenal sistem kasta, cuma, ay sebel aja, kalo di agama yang ay anut ada pembedaan kasta-kasta juga.. rasanya kurang keren aja..”.

Danjuga tertawa kecil.

“Kenapa you?”, tanya Makaia.
“Nggak.. gua negbayangin aja, kalau Nabi Muhammad bisa hidup lagi sekarang, apa yang bakal dikatakannya soal ‘apa yang ia maksudkan dan harapkan’ dari Islam, mungkin akan mengagetkan dan mengecewakan banyak sekali orang..”.

Makaia dan Danjuga termenung mengira-ngira.

“Mungkin memang doi perlu bangkit lagi dari kematian?”, tanya Makaia.
“Sayang.. dunia jaman kita sama-sekali nggak bersahabat untuk figure macam Muhammad..’, ujar Danjuga. “Coba bayangkan apa yang bakal dilakukan media sama dia? Nabi Mak! amit-amit, nanti dia dekejar-kejar wartawan dan paparazzi, bakal dibuat reality show soal dia, perusahaan-perusahaan yang ngebet memperalat dia untuk nge-boost brand imagenya! Ditayangin videonya di Youtube, diedit macem-macem fotonya, didubing suaranya jadi konyol! Wah! Amit-amit Mak!”.

“Iya.. masih mending dulu orang Quraisy pengen bunuh dia dengan pedang, yang akan dilakukan dunia hari ini bakal lebih parah ya? Pembunuhan karakter!”, sambung Makaia.

“Sebagian dari kita sangat merindukan sosok sang rasul, membutuhkan kehadiran beliau, hingga orang-orang yang dianggap keturunan langsungnya dijadikan panutan cadangan, seolah bahkan di tubuh mereka sendiri masih ada bau suci yang mulia Muhammad, jejak-jejak kenabian yang langka..”.

Makaia mengangkat telunjuknya.

“Ay jadi inget Da Vinci Code lagi! Bahwa the holy grail itu sebenarnya garis keturunan Kristus!”.

Danjuga mengangguk. “Seberapa besar sih arti garis keturunan itu? Sebesar apa pengaruhnya untuk menciptakan pribadi-pribadi yang berkualitas? Gua kok ragu ya?”.

Saking asiknya mereka berbincang, tak sadar kalau rumah Danjuga hampir terlewat.
Danjuga turun dari angkot, Makaia mengikutinya.

“Lu kok ikutan turun? Rumahlu kan masih di sana!”
“Heee! Brengsek you! dialog kita belom kelar!”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar